Monday 4 February 2013

FILSAFAT HIDUP BERDASARKAN AKSARA JAWA

Dalam sejarah bahasa jawa menunjukkan ada beberapa aksara yang digunakan. Pertama, adanya bukti prasasti-prasasti berhuruf Dewanagari (berbahasa Sansekerta) dan Pallawa (berbahasa Sansekerta). Kedua, banyaknya naskah atau teks tulisan tangan dengan aksara Kawi, aksara Arab, aksara Jawi (atau bahasa Jawi : adalah nama kuno untuk bahasa Melayu, khususnya yang ditulis dengan huruf Arab (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 3; 1989:53), dan aksara Hanacaraka (aksara Jawa). Ketiga, penggunaan aksara Latin yang digunakan sampai sekarang. Dengan demikian bahasa Jawa merupakan bahasa yang unggul di bidang kekayaan penggunaan aksara.
Didalam penggunaan semua aksara dalam bahasa jawa itu bersifat silabis kecuali aksara Latin. Silabis adalah sistem penulisan dari aksara tersebut menggunakan satu lambang untuk satu suku katanya. Setiap lambang terdiri dari vokal dan konsonan (Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 1; 1988:186). Di dalam sistem penulisan kedua jenis aksara ini sama-sama mempunyai variasi aksara untuk mencukupi kebutuhan lafal bahasa Jawa, disebut aksara rekan (rekaan), seperti huruf nga (aksara Jawi) dan qa (aksara Jawa). KBBI (2000:21) mengartikan aksara Jawa adalah aksara yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa, berjumlah 20 huruf, bermula dengan ha dan berakhir dengan nga.
Kalau dicermati, aksara Jawa mempunyai 2 golongan.yaitu huruf dan penanda. Huruf Jawa terdiri dari 57 jumlah bentuk yang terdiri dari aksara legena,aksara pasangan, aksara murda rekan , aksara angka, dan aksara suara.. Sedangkan penanda dalam aksara jawa terdiri dari 28 bentuk yang meli[uti sandangan, mandaswara, wyanjana dan pada. Jadi , ada 85 bentuk dalam sistem penulisan aksara Jawa.
Aksara jawa yang terdiri 20 suku kata terbagi menjadi 4 bagian. Yang tiap bagiannya mempunyai makna yang sebenarnya menyiratkan 4 tingkatan alam kehidupan alam semesta yang tidak terbatas hanya kepada insan manusia diatas bumi ini.
Keempat tingkatan tersebut secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
1. ha na ca ra ka bermakna filosofi utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan ).
2. da ta sa wa la mempunyai makna manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan
3. pa dha ja ya nya bermakna menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.
4. ma ga ba tha nga bermakna menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
Setelah kita mengetahui makna perbaris maka akan kita bahas makna perhuruf, makna filosofi per huruf dikemukakan oleh Pakubuwono IX, berikut adalah makna filosofi per huruf:
Ha Hana hurip wening suci – adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci

Na Nur candra,gaib candra,warsitaning candara-pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi-satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal

Ra Rasaingsun handulusih – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani

Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana – hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam

Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan – menerima hidup apa adanya

Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa – mendasar ,totalitas,satu visi, ketelitian dalam memandang hidup

Sa Sifat ingsun handulu sifatullah- membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan

Wa Wujud hana tan kena kinira – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas

La Lir handaya paseban jati – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi

Pa Papan kang tanpa kiblat – Hakekat Allah yang ada disegala arah

Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar

Ja Jumbuhing kawula lan Gusti -selalu berusaha menyatu -memahami kehendak Nya

Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi – yakin atas titah /kodrat Illahi

Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki – memahami kodrat kehidupan

Ma Madep mantep manembah mring Ilahi – yakin – mantap dalam menyembah Ilahi

Ga Guru sejati sing muruki – belajar pada guru nurani

Ba Bayu sejati kang andalani – menyelaraskan diri pada gerak alam

Tha Tukul saka niat – sesuatu harus dimulai – tumbuh dari niatan

Nga Ngracut busananing manungso – melepaskan egoisme pribadi -manusiaka ma ba tha ra mempunyai makna filosofi hendaknya wiji/biji/sperma itu jangan di sia siakan dalam arti banyak sekali tempat tempat prostitusi di negeri kita tercinta ini yang semuanya menawarkan untuk mengecer-ecer wiji secara berbayar, semuanya itu hendaknya segera diakhiri mengingat satu tetes wiji itu sama nilainya dengan 100 tetes darah bagi yang percaya, hendaknya pula energi yg ada disekitar pusar kita di purba diri untuk di alirkan ke atas ubun ubun atau dari cakra pusar ke cakra ubun ubun bukannya malah dialirkan kebawah melalui kemaluan atau mengecer-ecer wiji. didalam kearifan jawa ada istilah titis, tetes, Tetes, titis itu maksudnya tepat sasaran, tetes itu maksudnya menetes, sedangkan tetes yang kedua maksudnya tetas, apabila digabungkan ketiganya bisa ditarik kesimpulan perlu untuk menitis memusatkan pikiran dan hati supaya tetes yg akan ditetas itu menjadi pribadi pilihan, maka tidak heran apabila ahli meditasi itu apabila berhubungan badan jarang sekali ejakulasi karena energi yang biasanya disalurkan kebawah menjadi disalurkan keatas, para ahli meditasi itu hanya akan tetes apabila pada waktu akan membuahi, itupun cuma sedikit atau seperlunya tapi mempunyai kualitas yang unggul. Disisi lain titis tetes tetes itu dimaksudkan menitiskan pada bathin kita untuk melahirkan diri yang berkesadaran tinggi atau berkesadaran rohani, dengan kata lain diri kita yang biasanya berkesadaran jasmani yang penuh ketergantungan duniawi bertransformasi ke kesadaran rohani yang bebas dari polusi dunia, inilah makna hijrah yang sebenarnya.

ga da sa nya ta mempunyai makna gada itu bermakna senjata gada, pada kenyataannya makna filosofi yang terkandung didalamnya adalah apabila kita sudah melakukan titis tetes secara batiniyah maka kita akan mempunyai senjata yang nyata dalam hal untuk menghadapi krisis multidimensi yaitu diri yang sudah meninggalkan dunia sebelum meninggal dunia dan inilah pribadi pilihan

na la pa dha nga mempunyai arti hati yang terang, orang yang sudah sadar rohani itu hatinya terang sebab tiada suatu apapun yang menghalangi hatinya dari pancaran Nur illahi, hati orang yang sudah mempunyai kesadaran rohani bebas dari polusi dunia baik berupa ketergantungan materi maupun sifat keegoisan yang tinggi , suka mengaku-aku sepihak dalam kata lain ego yg sombong tidak mau sujud kepadaNya.
ja wa ha ca ya mempunyai arti apabila hati kita sudah terang benderang karena tiada satupun yg mengotorinya maka "hujan' cahaya maha cahaya Nur illahi akan terjadi dan menyinari setiap pribadi pilihan tersebut untuk dipantulkan ke pribadi yang lain dan juga makhluk disekitarnya dalam bentuk kerja nyata secara ikhlas karena Tuhan bukan karena yang lainnya, perlu diketahui nur Tuhan itu indah tanpa batas, hanya ego kita yang menghalanginya, apabila tidak ada lagi ego di diri kita maka tidak ada lagi yang menghalanginya.

sumber artikel : http://ninkwidya.blogspot.com/

0 comments:

Post a Comment