Tuesday, 9 February 2016

Sistem "Online", Revolusi Penghematan Uang dan Sayang Lingkungan

Kompas/Ferganata Indra RiatmokoMurid mengerjakan soal ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan komputer jinjing di SMK Negeri 2 Salatiga, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Senin (13/4). Mulai tahun ini, sebagian sekolah mulai menggunakan sistem ujian berbasis komputer dalam penyelenggaraan ujian nasional.



KOMPAS.com - Bayangkan, setiap tahun ada 7 juta siswa mengikuti ujian nasional (UN), yang masing-masing memakai minimal sepuluh lembar kertas. Jika satu pohon pinus menghasilkan 16 rim kertas, berarti ada sekitar 8.750 pohon pinus ditebang per tahun hanya untuk UN.
Nah, kebutuhan kertas berbahan baku pohon sebanyak itu akan menyusut drastis, jika proses semacam UN beralih menjadi online. Penerapan sistem online juga otomatis mendukung gerakan ramah lingkungan atau go green.
Bahan baku utama kertas berasal dari pohon atau kayu. Namun, pohon baru dapat diolah menjadi kertas setelah berumur 5 sampai 10 tahun. Selain itu, seperti dikutip dari situs web Kementerian Keuangan, membuat satu ton kertas butuh 7.000 galon air dan 20 pohon. 
Dengan begitu, pelaksanaan UN yang tak lagi berbasis kertas pada setiap tahun dapat ikut melestarikan ekosistem dengan signifikan mengurangi penebangan pohon. Itu baru dari ujian sekolah, tapi sudah serasa gerakan revolusi‎ dalam upaya menjaga lingkungan hidup.
Tak cuma UN
Di Indonesia pemanfaatan sistem online di dunia pendidikan sudah berkembang dalam dekade terakhir. Pada 2009, misalnya, ujian masuk perguruan tinggi negeri (PTN) telah mengadopsinya. UN untuk pendidikan menengah, menyusul mulai memakai sistem ini pada 2015.
Selain turut melestarikan lingkungan, UN berbasis online juga akan berdampak pada penghematan anggaran pendidikan. Sebagai awal, pada 2015 ada 170.000 siswa dari 700 sekolah setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tak lagi memakai kertas untuk lembar soal dan jawaban UN. 

Hitung saja penghematannya. Karena sebelumnya, per siswa peserta UN butuh dana Rp 80.000 untuk biaya cetak, kertas, serta distribusi lembar soal dan jawaban.
Berdasarkan percobaan UN online pada 2015, Pemerintah menyebut sudah menghemat anggaran Rp 13,6 miliar. Karena itu, seperti dikutip Kompas.com pada Oktober 2015 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan UN online atau computer based test (CBT) ke depannya akan diterapkan di sekolah lain yang belum menerapkannya.
"Saya berharap para siswa dapat semakin terbiasa menggunakan komputer dan internet dalam konteks pendidikan. Penerapan ulangan sistem online pun dinilai lebih variatif dari segi penyajian soal," papar Anies.
Doc. Telkom IndonesiaDirektur Enterprise & Business Service Telkom Muhammad Awaluddin (kedua kanan) dan Ketua Umum Panitia Nasional SNMPTN dan SBMPTN 2016 Rochmat Wahab (kedua kiri) menandatangani kerjasama pendaftaran online kegiatan SNMPTN dan SBMPTN 2016 disaksikan Menristekdikti M Nasir (kiri) dan Ketua Majelis Rektor Herry Suhardiyanto (kanan)
Kemudahan akses
Sementara itu, kemudahan akses dan pencarian informasi, menjadi tambahan manfaat sistem online, merujuk pada penerapannya di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Negeri Tinggi Negeri (SNMPTN). Setiap sekolah dan siswa dapat pula langsung memasukkan data pendaftaran ke situs web SNMPTN.ac.id
Untuk 2016, merujuk situs web tersebut, pendaftaran online SNMPTN dibuka mulai 18 Januari 2016 hingga 20 Februari 2016. Pejabat humas Pokja SNMPTN 2016, Bambang Hermanto mengatakan, 6.000 sekolah sudah mengisi pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS) di situs web SMPTN tersebut. Total sekolah yang seharusnya mengisi data adalah 21.970 sekolah, berdasarkan data PDDS yang dikembangkan sejak 2013.
"Saya harap para sekolah dan siswa dapat menyelesaikan tahap pengisian data dan verifikasinya hingga 20 Februari 2016. Dengan begitu, para siswa yang dinyatakan bisa mengikuti proses berikutnya dapat memilih PTN dan program studi pada 29 Februari sampai 12 Maret 2016," papar Bambang saat dihubungi melalui telepon.
Untuk itu, dari semua upaya "otomatisasi" dunia pendidikan, dukungan teknologi lebih lanjut juga diperlukan. Misalnya, sistem pendaftaran online SNMPTN butuh layanan call center dan konsultasi terkait teknologi informasi komunikasi.
Ketua Umum Panitia Nasional SNMPTN dan Panitia Pusat SNMPTN 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendisikan Tinggi, Rochmat Wahab, mengatakan upaya peningkatan kualitas seleksi itu mendapatkan dukungan dari PT Telkom, terutama untuk layanan komunikasi data dan internet. Adapun Direktur Enterprise & Business Service PT Telkom, Muhammad Awaluddin, berharap dukungan berupa kerja sama tersebut dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. 
Untuk mendukung SNMPTN dan juga Seleksi Bersama Masuk Perguruan Negeri Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun ini, Telkom menyiapkan layanan jasa collocation (internet data center) dan infrastruktur pengamanan menggunakan firewall, call center, serta penyediaan jasa konsultasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK).


1 comment:

  1. trimakasih artikelnya bagus sangat membantu,sukses selalu.

    ReplyDelete